Do you truly love me ?

Seorang raja menghampiri jiwa yang dikasihinya 
dan berkata : "mengapa engkau terlihat sedih, oh jiwaku ?"

"Do you truly love me, dear?" jiwa itu bertanya kepada sang raja....


Suatu waktu istriku, yang jauh dimata namun dekat dihati, meneleponku dan ia menceritakan hal yang menyedihkan baginya ketika ia menjalani hari-harinya. Ia merasa bahwa dirinya tidak dihargai oleh orang-orang disekitarnya. Biasanya kalau aku mendengar ceritanya yang seperti ini, hatiku menjadi tersayat dan pilu. Aku bisa membayangkan hal tersebut, karena aku juga pernah dan terkadang berada dalam posisi itu. Sepertinya dunia ini, bagai dunia yang kejam. Ukuran kualitas kemanusiaan hanya didasarkan untung dan rugi. "Kalo lu menguntungkan, yah lu jadi sohib gw, tapi kalo lu bawa sial, mendingan ke laut aja deh" begitu kebanyakan orang menaruh nilai kemanusiaan. Banyak orang yang oportunis dalam menjalin diri dengan sesama. Orang akhirnya bertanya, apakah mungkin ada manusia mencintai sesamanya dengan tulus? Seperti refrain dalam lagu Black Eye Peas Where is the Love juga menyuarakan kegundahan itu, bahkan dalam derajat yang lebih lagi, bagian syair refrainnya mengajak Tuhan untuk ikut campur tangan dalam kehampaan cinta dalam dunia, yang terukir sebagai berikut : People killin', people dyin', Children hurt and you hear them cryin', Can you practice what you preach, And would you turn the other cheek, Father, Father, Father help us, Send some guidance from above, 'Cause people got me, got me questionin', Where is the love. Namun apakah ada jawaban dari atas yaitu dari Tuhan? Suara dari atas hanyalah keheningan, atau mungkin suara gledeg dikala hujan. So, do you truly love me ?.



Do you truly love me? ada suara bergema. Tetapi siapa yang berbicara itu? Siapa yang mengharapkan untuk dicintai itu? Bukankah seharusnya AKU yang butuh dicintai? Cinta orang lain penting bagiku untuk menjamin berarti dan berharganya hidupku. Aku butuh pengakuan cinta!. Kalau tidak aku bisa mati atau aku mematikan diriku saja, seperti banyak yang terjadi di mana-mana belakangan ini. Memang pada akhirnya, aku menjadi orang yang kecanduan untuk selalu merasa dicintai. Bahkan menurutku, orang membutuhkan pasangan (pacar atau suami/istri) agar kebutuhan akan rasa untuk dicintai terjamin. Bukankah orang mencintai orang lain agar orang lain juga mencintai dirinya? Memang sih hal itu tidak salah. Namun apa yang menjamin bahwa orang lain bisa selamanya mencintai dirinya? Dulu waktu aku masih kecil, aku sangat takut kalau aku kehilangan cinta orang tuaku jika mereka pergi meninggalkanku. Saat ini aku juga takut kehilangan cinta istriku, jika ia pergi pula. Pada akhirnya, ternyata cinta itu terbatas. Pada akhirnya juga aku sendirian. Sendiri dalam kehampaan cinta dari orang lain dan dunia luar. Aku berteriak : CIINNTAIILAHH AAKUUUU!!!!. Tetapi tidak ada yang meresponi. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Cinta yang terbatas itu hanya menunggu waktu saja. Oh, betapa malang nasibku...Bahkan ketika aku berteriak kepada Tuhan, sepertinya Ia terdiam saja. Dia tidak seperti yang sering disebut-disebut dalam kitab suci sebagai pribadi yang maha kasih. Hmm...Aku jadi ingat dengan Yesus yang berteriak-teriak kepada Allah ketika ia di kayu salib, namun Allah tidak memalingkan wajahNya. Wooww!..apakah hal yang sama terjadi padaku? Aku menjadi sendiri seperti  aku pertama kali datang ke dunia ini...Aku mencari-cari cinta dalam dunia ini, tetapi tidak memuaskan bahkan mengecewakanku...oh dunia..


Do you truly love me, dear?...begitu suara itu kembali bergema namun sekarang dengan nada lirih. Aku heran, siapa yang berbicara seperti itu ditengah-tengah kehausanku untuk dicintai. Aku mencari ke kiri, ke kanan, atas dan bawah, aku tidak menemukan sumber suara tersebut. Akibat lelah mencari, aku merebahkan diriku di tempat tidur ditemani suasana gelap kamar, meski tak segelap suasana hatiku ini. Suara itu kembali bersuara dan aku memberanikan diri untuk meresponi suara itu :


Suara
:
"Apakah engkau mencintai aku, sayang?"
Aku
:
"Siapakah engkau? Mengapa engkau meminta untuk aku mencintaimu? Bahkan aku tidak mengenalmu, namun engkau berani memanggilku 'sayang'..."
Suara
:
"Engkau tidak mengenalku? (dengan nada kaget) Padahal kita mengenal satu dengan yang lain sudah cukup lama. Kita bersama disaat suka maupun duka. Aku bersuka ketika engkau bahagia. Aku menangis bersamamu ketika engkau terluka. Bahkan aku menjadi tempat curahan di mana engkau marah dan memaki siapa pun yang engkau benci. Aku menyukai apa yang engkau suka dan membenci apa pun yang engkau benci. Tidak pernah terbersit dalam diriku untuk meninggalkanmu sedetik pun, meski orang-orang yang mengatakan mencintaimu pergi meninggalkanmu. Tidak penting memang bagiku untuk engkau selalu mengatakan bahwa kau mencintai aku, karena aku mencintai dirimu lebih dari siapa pun. Tetapi mengapa sekarang kau menjadi asing bagiku? Mengapa engkau hanya lebih membutuhkan cinta dari luar dan menyangkali cinta kita ini? Yah! Aku merasa kehilanganmu, meskipun kita selalu bersama. Aku berusaha menyapamu, tapi kau mengacuhkanku. Apa salahku, sayangku? Apa kekuranganku?
Aku
:
“Yah tapi, siapakah engkau? Apakah kau Tuhan?”
Suara
:
(sambil ia menarik nafas panjang dengan nada kecewa) “Memang sungguh engkau telah melupakanku. Namun baiklah, untuk membuktikan cintaku padamu, aku akan kembali pemperkenakan diriku kepadamu, sama seperti saat kita pertama kali bertemu. Aku BUKAN Tuhan! Aku juga BUKAN Setan! Aku adalah hatimu, sayang….(suara itu berhenti, seperti ingin menangis) Tetapi aku tidak sendirian, aku datang dengan yang lain, yang juga sangat mencintaimu. Mereka adalah rohmu, pikiranmu dan tubuhmu. Apakah engkau pernah menyadari selama ini bahwa sebenarnya rohmu menyampaikan keluhan dirimu yang terdalam kepada Tuhan?Apakah engkau menyadari selama ini bahwa pikiran di dalam otakmu bekerja keras untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang kau hadapi? Apakah kau juga menyadari bahwa tubuhmu, baik kakimu yang mau bekerja keras menopang berat tubuhmu bahkan mau berlari untukmu, tanganmu yang siap sedia untuk mengerjakan apa saja yang kau kehendaki, pantatmu yang siap kapan saja menjadi bantalan tubuhmu ketika kau duduk?Dan masih banyak anggota tubuhmu yang lain yang melakukan hal yang sama demimu, kasihku… (suara itu pun terdiam kembali) Oleh karena itu (suara muncul lagi dengan nada memohon), setidaknya lihatlah aku ini...Sekurang-kurangnya perhatikanlah diriku...Dan kalau memang bisa, cintailah aku, sayang…” 

Aku pun terjaga dari perbincangan itu dan menemukan diriku berada di perbaringanku dalam gelapnya kamar. Perbincangan dengan suara itu membuat aku terpaku dan terdiam. Ada apa dengan diriku selama ini? Selama ini aku hanya sibuk mencari cinta namun aku tidak sedikitpun memahami maknanya. Aku malah menyangkali cinta yang sejati yang telah ada bersamaku semenjak aku lahir. Untuk pertama kali aku mengatakan kepada diriku : "aku mencintai engkau hatiku, rohku, pikiranku, dan tubuhku. Aku berterima kasih karena kalian masih setia menemaniku dan mencintaiku sekalipun orang-orang meninggalkanku...aku sungguh mencintaimu, kasihku". Malam itu, aku memeluk mereka seraya kami masuk ke dalam nikmatnya tidur malam yang damai...Aku merasa terbebaskan oleh sebuah ilusi cinta maya yang selama ini aku kejar, atau mungkin kebanyakan orang kejar saat ini. 


Do you truly love me? Dengungan yang sama aku perkenalkan kepada istriku. Aku rindu ia melihat, merasakan serta menyadari sesuatu pencerahan yang aku alami. Aku berkata kepadanya : "seberapa sering kau berterima kasih kepada hatimu yang selalu bersamamu dan menguatkanmu? seberapa sering kau berterima kasih pula kepada pikiranmu yang membantu permasalahanmu? pernah tidak engkau berkata kepada kakimu, sebari mengelusnya, terima kasih yah kakiku sayang untuk hari ini engkau bersusah payah berjalan demi aku.." Pernah pulakah kau berkata disetiap pagi kepada dirimu : "Selamat pagi hatiku, rohku, pikiranku dan tubuhku. Mari temani aku jalani hari ini. Aku yakin jika kita bersama, kita akan melewati hari ini. I Love you so muchhh..". Dan pada malam hari, pernahkah kau berkata kepada dirimu : "Terima kasih yah hatiku, rohku, pikiranku dan tubuhku, kalian telah membantuku hari ini." Atau menghibur dirimu dengan berkata : "aku tahu engkau terluka, hatiku, karena sesuatu. Sudah yah sayang aku di sini bersamamu. Jangan takut aku mencintaimu, hatiku.."


Well, mungkin hal ini janggal bagi istriku, sama seperti aku pada mulanya. Ia tidak terbiasa, dan memang tidak dibiasakan untuk mempunyai kebiasaan seperti itu. Oleh karenanya, kita menjadi asing dengan diri kita sendiri. Salah satu ketakutan jika melakukan kebiasaan ini, seperti dipikirkan oleh banyak orang, adalah  hal itu akan menjadikan dirinya menjadi egois. Sebenarnya ketakutan ini adalah sebuah mitos belaka. Aku malah mempercayai sebaliknya, bahwa semakin orang mencintai dirinya akan membuatnya lebih menghargai diri orang lain, bahkan lebih. Justru yang membuat orang tidak bisa dengan sungguh mencintai sesamanya adalah karena ia tidak mampu mencintai dirinya (kasus perselingkuhan dalam keluarga, kasus kekerasan SARA, dll). Semua mereka serahkan kepada Tuhan untuk menyelesaikan masalah itu dalam doa saja.  Betul, aku tidak menyangkali pentingnya Tuhan. Namun tanpa disertai sebuah usaha untuk berani mencintai 'sesuatu yang diciptakan baik adanya' yaitu diri kita sendiri, tidaklah mugkin kita memahami apa artinya cinta sejati. Sebuah kutipan ayat Alkitab yang mungkin sangat terkenal bagi orang Kristen, namun sedikit yang mempraktekannya, menunjukkan hal itu : "cintailah sesama manusia seperti engkau mencintai dirimu sendiri". Biasanya orang  Kristen terpaku untuk melakukan 'cinta sesama' dan sedikit enggan untuk 'cinta diri'. Ayat itu dijadikan seperti aturan-aturan formal religius, ketimbang sebuah ajakan indah untuk mencintai. Oleh karenanya, marilah kita belajar mencintai. Sambil kita belajar mencintai diri kita, secara alamiah kita mencinta sesama tanpa rasa takut. Dengarkanlah dan responi suara kecil dalam dirimu yang berkata : Do you truly love me?

...lalu sang raja pun memeluk jiwa dengan mesra 
seraya berbisik : I do truly love you, my love....

6 Komentar:

trainforevanew said...

Very nice article, dear. It must be published somewhere, so that you can share your thought with others....

bighoneybear said...

hmmm.. hmm... kasarnya ini bercinta dengan diri sendiri.. but that's true.. sometimes i also forget to.

ely said...

Tulisan yang sangat inspiratif karena berangkat dari realitas-imajinatif. Susah sekali mendamaikan kedua hal itu (realitas-imajinatif) tetapi melalui tulisan ini serasa keduanya dibangun secara "harmonis" karena kedua berdialog untuk mengungkapkan misteri kehidupan ini. Tetapi ada satu pertanyaan yang muncul ketika membacanya yakni : bagaimana menjaga "keseimbangan" dengan cinta sesama? Karena cinta diri bisa membuat kita lebih eksklusif lagi.

moshipochi said...

I LIKE IT!!!! love grows cold, i guess the feeling of insecure urge a person to find some way to salve their insecurity, and love is the safest haven...

Defense Analysis said...

Very Very briliant article base on privat experience and try to be explore with realistic phenomena.
Yap...God never tell us that we will be one hundred percents happy in the world, neither sad all time.
I think "negative or offense"attitude from others will shape us becomes a diamond.
Once again..thanks for the arcticle

Anonymous said...

Terima kasih ya, Mike....tulisan2mu sangat inspiratif dan mengingatkanku akan hal2 yang sering terlupakan meski sesungguhnya sangat penting untuk direnungkan :) Terpujilah Tuhan yang telah menciptakanmu! :)

About Me

My Photo
hugimpu
A person who always anxiety..
View my complete profile

Followers